Bupati Lembata Eliase Meninggal akibat Covid-19, Jenazahnya Dimakamkan di Kuma Resort Waijarang

Bupati Lembata, Eliase Yentji Sunur meninggal dunia di RS Siloam Kupang, Sabtu (17/7/2021) sekira pukul 15.30 Wita setelah berjuang melawan Covid 19. Bupati kelahiran Lembata Maret 1963 itu meninggal setelah dirawat lebih dari sepekan akibat Covid 19. Pihak rumah sakit menyebut Bupati Sunur dua hari terakhir sebelum meninggal dirawat di ruang isolasi rumah sakit itu.

Minggu (17/7/2021), jenazah Eliase Yentji Sunur dimakamkan di kediamannya, Kuma Resort Waijarang, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT. Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat melalui juru bicara, Ardu Jelamu Marius mengatakan, keputusan untuk memakamkan jenazah Bupati Sunur telah dikoordinasikan pemerintah Provinsi NTT bersama pemerintah Kabupaten Lembata dan pihak Rumah Sakit Siloam Kupang. Keberangkatan jenazah dari Kupang ke Lembata pun telah dipertimbangkan dari berbagai aspek.

Read More

Ardu Jelamu menyebut, keputusan membawa jenazah Bupati Sunur untuk dikebumikan di tengah tengah rakyat Kabupaten Lembata merupakan keputusan yang harus diambil pemerintah. "Pertama, karena Bupati Lembata tidak hanya seorang pribadi yang namanya Yance, tapi dia adalah seorang pejabat publik, bupati dan bapa dari ratusan ribu orang yang meninggal saat menjalankan tugas," ujar Ardu Jelamu saat dihubungi POS KUPANG.COM , Minggu 18 Juli 2021. Bupati Sunur sebelum meninggal, kata Ardu Jelamu, masih melaksanakan tugas ke Jakarta dan Labuan Bajo sebelum akhirnya dirawat di RS Siloam Kupang karena Covid 19.

Selain itu, jelas Ardu Jelamu, sebagai pejabat publik maka Bupati Sunur terikat konsekuensi dengan jabatan publik yang mengatur segala tata cara sesuai standar kenegaraan. "Konsekuensi dari jabatan publik, terkait dengan dia (mendiang Bupati Sunur) ada tata caranya. Jadi, tidak semua hal harus sama karena kedudukan seseorang yang diatur dalam protokoler. Dengan menjadi bupati atau pejabat publik maka kehidupan tidak bersifat pribadi tapi bersifat publik," tegas pria yang juga menjabat Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda NTT itu. Karena itu, kata Ardu Jelamu, setelah mengabdi bagi masyarakat dan bumi Lembata maka rakyat tentu menginginkan Bupati mereka kembali ke perut bumi di tengah rakyatnya.

Karenanya, ia menegaskan bahwa suara suara miring yang menuduh pemerintah "pilih kasih" dalam penerapan kebijakan penanganan jenazah Covid 19 harus juga melihat sisi lain dari diskresi yang diambil pemerintah. "Tidak semua hal dalam hidup berlaku sama satu dengan yang lain, tidak bisa samakan tata cara presiden meninggal dengan bukan presiden. Ada tata caranya," ujar dia. Pemerintah, kata dia, telah memastikan seluruh proses keberangkatan jenazah dari Kupang ke Lembata dengan standar penerapan protokol medis yang sangat ketat.

"Peti jenazah sudah ditutup mati dan semua keluarga yang mengantar diswab dan dipastikan negatif. Pilot dan pengantar semua menggunakan pakaian hasmat lengkap. Pemakaman tidak lama, begitu tiba langsung dimakamkan," ujar Ardu Jelamu. Pemerintah, kata Ardu Jelamu, mengimbau masyarakat untuk tidak membully hal tersebut. "Kami mengimbau masyarakat tidak membully orang yang sudah meninggal, biarkan almarhum beristirahat dalam damai. Jangan lagi diungkit," imbau dia.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *